Jumat, 17 Juli 2015

Saat Raja Iblis Menjerit Jelang Akhir Ramadan


Saat Raja Iblis Menjerit Jelang Akhir Ramadan
Ramadan hanya tinggal beberapa hari lagi, hendaknya kita umat Islam terus meningkatkan kekhusyu-an, tidak terpecah oleh keinginan kita merayakan Idul Fitri. Karena justru makin dekat akhir maka makin pula godaan.
Ada pesan khusus untuk kita semua. Seperti disampaikan Ustad Atoillah Mudir Ponpes Nudul Huda Simpang Telkom Tungkal Jaya.
Bahwa , umat Islam atau seorang Muslim yang berhasil menjalankan ibadahnya dengan sempurna dan merayakan Idul Fitri sesuai dengan anjuran dan ajaran Islam, maka dia akan membuat sang Raja Iblis menjerit dan menangis.
Seperti diriwayatkan Dari Ibnu Mas'ud ra., bahwa Nabi SAW bersabda:“Apabila mereka itu berpuasa bulan Ramadhan dan keluar untuk menunaikan Shalat ‘Id (shalat hari raya), maka Allah Ta'ala berfirman:
“Hai para malaikat Ku, tiap-tiap orang yang beramal akan mendapatkan upahnya; dan para hamba-Ku yang berpuasa pada bulan Ramadhan dan keluar menunaikan Shalat ‘Id, juga mengharapkan pahalanya. Maka oleh karena itu saksikanlah, bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka”.
Menurut dia, banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi Idul-Fitri. Secara lahiriah seolah-olah hari raya adalah pesta pora, bersenang-senang bahkan berpoya-poya.
Menghambur-hamburkan uang dan waktu untuk bersenang-senang. Maka dia akan sia-sia ibadahnya

"Padahal tidaklah demikian cara umat Islam dalam merayakan Idul-Fithri," ujarnya.
Kemudian dari Wahab bin Munabbib bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Raja Iblis berteriak-teriak marah ketika hari raya Idul-Fitri, hingga suaranya memenuhi seantero langit dan bumi.
Mendengar teriakan itu seluruh pengikut dan kawan si Raja Iblis berkumpul, mereka bertanya: “Wahai baginda, siapa yang telah membuat anda marah?, akan kami musnahkan ia”.
Si Raja Iblis menjawab: “bukan apa-apa, akan tetapi Allah Ta’ala telah mengampuni umat Islam pada hari Idul-Fithri ini, sehingga aku sangat jengkel dan bingung”.
Kemudian Raja Iblis menugaskan kepada seluruh pengikutnya: “Wahai pengikutku, tugas kalian semua adalah membuat umat Muhammad lalai kembali, goda mereka dengan berbagai kelezatan, kenikmatan syahwat, terlena dengan kegembiraan dan bahkan minuman keras sehingga Allah akan murka lagi dengan mereka”.
Hadist di atas diperkuat lagi dengan Firman Allah dalam surat Al-A,la:
Artinya: “Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia mengerjakan shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Al-A’la: 14-27).

Artinya dari ayat itu, mensucikan diri di atas artinya ada perubahan yang lebih baik, tidak berlebihan, tidak pula dalam kekurangan.
Artinya, dalam hal ini, keberhasilan kita berlapar di bulan Ramadan, dan sukses menjalankan ibadah satu bulan penuh harus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari dan berkelanjutan sebagai seorang muslim.
Jadi pasca Ramadan dan ketika merayakan Idul Fitri, kita pun harus mawas diri.
Pesan yang ditangkap dari ungkapan Ustad Atoillah Mudir Ponpes Nudul Huda Simpang Telkom Tungkal Jaya ini mengatakan, jika berlebaran maka harus dijalankan dengan penuh kebajikan, tetap mawas diri dan tidak berlebih-lebihan.
Karena jika berfoya-foya maka justru Iblis yang berlebaran. Coba kita renungkan kelalaian kita, salah satu contohnya, banyak orang yang berbondong-bondong mendatangi salat sunnah Idul-Fitri, namun melupakan shalat wajib lima waktu.
Padaha tidak ikut serta dalam shalat ‘Id tidaklah berdosa, sedangkan tidak ikut serta shalat lima waktu sekali saja sama seperti kehilangan langit dan bumi dan seiisinya.
"Maka pesan untuk kita semua, merayakan hari kemenangan di Hari Idul Fiti adalah hak kita umat Islam, tetapi tetap mawas diri dan menjauhi sifat-sifat yang menurutkan kehendak nafus iblis," ujarnya.

0 komentar:

Posting Komentar